baju adat pria
Baju adat Madura laki-laki sering kali kita lihat di pakai oleh tukang sate. Kaos belang warna merah-putih atau merah-hitam dilengkapi dengan baju dan celana hitam longgar. Pakaian ini biasanya digunakan sebagai pakaian sehari-hari laki-laki Madura. Pakaian ini disebut sebagai baju Pesa’an. Baju Pesa’an ini juga dilengkapi dengan penutup kepala berbahan dasar kain yang disebut dengan Odheng serta sabuk Katemang dan sarung kotak-kotak.
Pakaian adat ini memiliki arti filosofis, baju longgar berwarna hitam menandakan bahwa masyarakat Madura menghargai sebuah kebebasan. Kaos berwarna belang menandakan masyarakat Madura yang pemberani, tegas dan memiliki mental pejuang. Sedangkan Odheng menunjukan tingkat kebangsawanan seseorang. Semakin tegak kelopak Odheng semakin tinggi derajat kebangsawanannya.
Odheng memiliki beberapa ukuran dan motif. Jika dilihat berdasarkan bentuknya Odheng dibagi menjadi Odheng Peredhan dan Odheng Tongkosan. Jika dilihat berdasarkan motifnya Odheng dibagi menjadi motif toh biru, dul-cendul, modang, strojan dan garik. Selain ukuran dan motifnya, ikatan Odheng juga memiliki arti filisofis.
Jika pada Odheng Peredhan, ujung simpul bagian atas di plintir ke atas membentuk huruf Alif dalam bahasa Arab. Sedangkan pada Odhen Tongkosan ujung simpul bagian atas dibentuk huruf Alif Lam sebagai penanda keesaan Tuhan. Hal ini menunjukkan ketaatan masyarakat Madura sebagai pemeluk agama Islam. Baju Pesa’an ini memiliki aksesoris yang beragam tergantung dari tingkat kebangsawanan. Semakin tinggi tingkat kebangsawanan maka semakin banyak aksesoris yang ia kenakan.
Tidak ada komentar: